Patung Pancoran atau Patung Dirgantara merupakan patung yang populer di Jakarta, namun masih banyak yang belum mengetahui fakta-fakta dibalik Patung Pancoran ini. Bahkan mitos dari Patung ini juga menarik untuk disimak. Seperti dilansir dari Kompas.com dan Sayangi.com, berikut adalah fakta-fakta dan mitos tentang Patung Pancoran.
1. Tentang
Nama Patung Pancoran atau Patung Dirgantara
Banyak warga Jakarta hanya mengenal nama patung yang berdiri megah di wilayah
pancoran sebagai Patung Pancoran, padahal nama sebenarnya adalah Patung
Dirgantara.
Patung Pancoran digagas Presiden Soekarno agar ada patung yang menggambarkan
kekuatan dan kemegahan dunia penerbangan Indonesia atau kedirgantaraan. Patung
ini menggambarkan manusia angkasa yang memiliki semangat keberanian
bangsa Indonesia untuk menjelajah angkasa. Karenanya, Patung dinamakan
oleh Soekarno, "Patung Dirgantara".
2. Presiden Soekarno adalah Model
Patung Pancoran
Setelah menggagas Patung Dirgantara, Bung Karno mencontohkan dengan tubuhnya
bagaiamana seharusnya patung tersebut dibuat. Sebelum maket patung dikerjakan
oleh Edhi Sunarso (kelahiran Salatiga, 2 Juli 1932), Bung Karno berkali-kali
memperagakan bagaimana bentuk patungnya harus berdiri.
3. Biaya Patung Pancoran
Untuk mewujudkan impiannya mendirikan patung Dirgantara, Soekarno ternyata
mengeluarkan biaya dari kantong pribadi dengan menjual sebuah mobil pribadinya.
Dahulu mobil presiden bernilai sangat mahal pada zamannya (perbandingan zaman
sekarang sama halnya dengan harga mobil lamborighini Gallardo MurciƩlago LP
670-4 SuperVeloce sekitar 9,5 M).
Biaya awal ditanggung oleh Edhi Sunarso, sang pemahat. Bung Karno menjual mobil pribadinya seharga 1 juta rupiah pada waktu itu. Pemerintah sendiri hanya membayar 5 juta rupiah. Sisanya, sebesar 6 juta rupiah, menjadi hutang pemerintah yang sampai saat ini tidak pernah terbayar.
Total biaya pembuatan Patung
Dirgantara atau Patung Pancoran pada tahun 1964 adalah 12 juta rupiah.
4. Proses Pembuatan Patung
Pancoran
Proses pemasangan Patung Pancoran (Dirgantara) selalu ditunggui oleh Bung
Karno, sehingga kehadirannya selalu merepotkan aparat negara yang bertugas
menjaga keamanan sang kepala negara. Alat pemasangannya sederhana saja, yaitu
dengan menggunakan Derek tarikan tangan. Dikerjakan oleh PN Hutama Karya dengan
IR. Sutami sebagai arsitek pelaksana.
Patung ini dirancang oleh Edhi
Sunarso sekitar tahun 1964 - 1965 dengan bantuan dari Keluarga Arca Yogyakarta.
Sedangkan proses pengecorannya dilaksanakan oleh Pengecoran Patung Perunggu
Artistik Dekoratif Yogyakarta pimpinan I Gardono.
Pengerjaannya sempat mengalami keterlambatan karena peristiwa Gerakan 30
September PKI di tahun 1965.
5. Bahan, tinggi Berat Patung
Pancoran
Patung yang terbuat dari bahan perunggu ini berbobot 11 ton (terbagi dalam
potongan-potongan yang masing-masing beratnya 1 ton) dan tinggi 11 meter.
Sementara tinggi voetstuk (kaki patung) 27 meter.
6. Makna Patung Pancoran
Rancangan patung ini berdasarkan atas permintaan Bung Karno untuk menampilkan keperkasaan bangsa Indonesia di bidang dirgantara. Penekanan dari desain patung tersebut berarti bahwa untuk mencapai keperkasaan, bangsa Indonesia mengandalkan sifat-sifat Jujur, Berani dan Bersemangat.
Pemasangan patung Dirgantara akhirnya dapat selesai pada akhir tahun 1966. Patung Dirgantara ditempatkan di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan karena strategis, yaitu merupakan pintu gerbang kawasan Jakarta Selatan dari Lapangan Terbang Halim Perdanakusumah selain itu dekat dengan (dahulu) Markas Besar Angkatan Udara Republik Indonesia.
7. Mitos Ujung Jari
Dilansir dari kompas.com, beragam mitos pun membalut patung ini. Salah satunya adalah mitos ujung jari. Patung ini berdiri menghadap utara. Jarinya pun menunjuk ke arah yang jauh.
Arah jari menunjuk tersebut diyakini oleh sebagian kalangan sebagai penunjuk lokasi kekayaan rahasia milik Bung Karno. Namun, kalangan lain berpendapat arah telunjuk itu mengarah ke Pelabuhan Sunda Kelapa.
Ada pula yang berpendapat ujung jari ini merupakan perlambang sapaan dan sambutan bagi orang-orang yang baru tiba di Jakarta melalui Bandara Halim Perdanakusuma.
Menurut Edhi Sunarso, mitos tersebut bukan berdasar kajian ilmiah. Beliau mengatakan bahwa tidak ada indikasi seperti itu, patung itu menurutnya merupakan gambaran untuk memimpin penerbangan Indonesia agar lebih maju karena patung Dirgantara berada di belakang markas AU.
8. Patung tak Rampung
Sadirin, ahli konservatori dari Balai Konservasi Dinas Pariwisata mengungkap satu hal lagi yang tak banyak diketahui publik bahwa Patung Dirgantara sebenarnya belum jadi.
Bila dilihat dari kejauhan, patung ini seolah sudah sempurna dan tak beda dengan patung karya Edhi lainnya. Patung lain itu antara lain Patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat.
Namun, bila diamati lebih dekat, Patung Pancoran akan terlihat permukaannya masih kasar dan kentara banyak tambalan las penyambung satu bagian dengan bagian lain. Meski belum rampung, Sadirin mengatakan tak ada rencana untuk merampungkan patung itu.
Dilansir dari sayangi.com, kompas.com
Comments